Tahun-tahun sekarang ini adalah tahun kemenangan Neoliberalisme. Setelah sukses dalam konsolidasi besar meneguhkan kepemimpinan Neolin di Indonesia selama 2 periode, Neoliberalisme semakin mapan di Bumi Pertiwi. Hampir tidak ada lagi paket kebijakan Negara yang dapat menghempang jalan dan beroperasinya system ekonomi liberal. Negara yang dipimpin oleh Kabinet Neolib dengan sukses mencampakkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar bernegara, sebagai kepribadian Negara, sebagai moralitas Negara. Akhirnya, Neolib di Indonesia dengan sukses menempuh jalan tol dalam meng-goa-kan paket kebijakannya. Pemerintahan kita nyaris tidak punya proteksi dalam melindungi kekayaan alam yang dirampok di negerinya sendiri.
Kemenangan Neoliberal dan semakin matangnya laju neoliberalisme di Indonesia bias dilihat dalam kasus terbaru yang hamper setiap hari kita saksikan di TV, dan menyita waktu banyak orang di Indonesia dalam memperbincangkan kasus ini, yakni kasus kebrutalan PT Freeport.
Selama 44 tahun Freeport mengeksploitasi tambang emas dan tembaga di tanah Papua, pihak Indonesia mendapat 1% dan pihak Freeport (imperialis) mendapat 99%. Jadi, pihak yang diuntungkan dari situasi Papua saat ini adalah imperialis. Dahulu, rakyat Papua bebas mencari makan di tanahnya sendiri. Setelah kemerdekaan di interupsi oleh rezim ORBA, rakyat Papua tidak lagi merdeka mencari makan. Saat ini, Freeport yang tidak bermanfaat untuk rakyat Papua sudah leluasa menguasai aparatur Negara, terbukti dengan pengiriman pasukan TNI/Polri untuk menjaga kepentingan PT. Freeport di Papua. Ini bukanlah karena ekspresi nasionalisme Indonesia. Tetapi sebaliknya: hal itu dilakukan karena pemerintahan Indonesia sekarang adalah boneka imperialisme. TNI/Polri justru diperalat (dipergunakan) untuk menjaga kepentingan neo-kolonialisme di Papua.
Memang ada kemajuan dalam perlawanan gagasan jalan keluar krisis imperialisme, yakni dengan mengobarkan semangat kemandirian nasional. Paling tidak sentiment ini secara serentak dihembuskan oleh semua elemen-elemen yang anti Imperialisme. Sentimen tersebut kemudian meluas, dan tidak hanya menjadi perbincangan dikalangan aktivis saja, melainkan menjadi jualannya kaum brjuasi nasional di kancah Pemilu 2009 yang lalu.
Meski banyak gerakan Anti Imperialis bermunculan dengan menghembuskan irama yang serupa, namun masih belum menciptakan sebuah persatuan nasional yang kokoh, sebagai syarat untuk perimbangan kekuatan pro neolib. Padahal, fakta-fakta Indonesia menuju kebangkrutan sudah semakin nyata, diantaranya karena 1. Indonesia masih menjadi komoditas utama bahan mentah, yakni Batu Bara (70%), Minyak (50%), Gas (60%) dll. 2. Indonesia masih menjadi tempat penanaman modal asing, yakni hamper 70% Industri di Indonesia adalah modal asing, diantaranya Minyak dan Gas (80%), Perbankan (50%), Pelayaran (94%), Pendidikan (49%).Yang ketiga, Indonesia masih menjadi tempat pemasaran barang-barang hasil produksi Negara-negara maju. Dan terakhir Indonesia masih menjadi penyedia tenaga kerja murah.
Pasal 33 sebagai Alat Pemersatu dan Senjata Melawan Neolib
Didalam Pembukaan UUD 1945, Para pendiri Negara ini dengan tegas menuliskan tujuan-tujuan dan dasar-dasar kita bernegara, yakni untuk menghapuskan penindasan di muka Bumi, menciptakan perdamaian dan mensejahterakan seluruh tumpah darah Indonesia. Dan Pasal 33 adalah perisai Negara dalam membentengi rakyat Indonesia dari pengaruh jahat neoliberalisme. Dasar Negara kita tidak lagi dijalankan oleh Kabinet kaki tangan Asing seperti saat sekarang ini, sehingga dasar Negara tersebut tidak berfungsi sebagai perisai rakyat dalam melawan kepentingan serakah asing.
Ada 3 semangat didalam Pasal 33 UUD 1945, yakni 1. Sosio ekonomi, yaitu Perekonomian disusun secara bersama dan untuk kesejahteraan bersama, 2. Sosio Nasional, yakni Penguasaan kekayaan Alam oleh Negara dan diselenggarakan oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, 3. Sosio Kerakyatan, yakni usaha-usaha dalam membangun perekonomian rakyat dan menyejahterakan rakyat Indonesia.
Semangat tersebut tentu bertentangan dengan kepentingan Imperialisme ditanah air, yakni Penguasaan bahan baku melalui perampokan kekayaan alam, kedua penguasaan dan pelebaran pasar, dan ketiga yakni mendapatkan tenaga kerja murah. Jika pasal 33 UUD 1945 diterapkan oleh Rezim SBY-Budiono, mustahil Neoliberalisme mendapatkan pondasinya di negeri ini. Namun elit politik kita lupa pesan bung KArno, yakni “Biarkanlah kekayaan alam kita disini sampai Insinyur-Insinyur kita mampu mengelolanya.”
Pasal 33 mempunyai kekhususan tersendiri, yakni karena dia adalah bagian dari dasar Negara kita, dan kedudukannya sebagai UU adalah kedudukan tertinggi. Jadi perjuangan ditegakkannya Pasal 33 UUD 1945 adalah perjuangan konstitusional yang legal dan berkemampuan meluas.
Pasal 33 adalah antitesis dari kepentingan serakah asing didalam negeri. Pasal 33 adalah tembok raksasa dalam membendung keserakahan-keserakahan asing. Gerakan pasal 33 haruslah menjadi gerakan yang dapat mempersatukan semua kekuatan bangsa yang ingin melihat kemandirian bangsa Indonesia, yang tidak lagi ketergantungan kepada asing, dan yang mampu membuka lapangan kerja dengan penguasaan kekayaan alam oleh Negara. Pasal 33 UUD 1945 haruslah menjadi ruh dalam gerakan pengembalian kekayaan alam.
Index Labels
- Artikel (6)
- cerita (1)
- cerpen (3)
- de kreasi (2)
- downlod buku (3)
- ebook (4)
- Essai (3)
- Film (1)
- lowongan kerja (5)
- pariwisata (2)
- Puisi (3)
- Software (2)
- tips (6)
- tulisan (7)
kunjungan
Arsip Blog
-
▼
2015
(30)
-
▼
Desember
(30)
- Napak Tilas Medan
- Tiongkok Akhiri Kebijakan "Satu Anak Cukup"
- Ngantor itu Pake Kolor
- Semsar Siahaan, Seniman Aktivis yang Kesepian
- Aku bertemu ketakutan
- Lukisan Sketsa dan Karikatur di Medan "D'Kreasi Art"
- R n F Shop dan KaosRakjat
- download Age of Empire III free
- SAJAK tentang DOTA
- Loker di Dewi Ulee Kareng & Gayo Ringroad, Medan
- Loker PODOMORO Medan 2016
- Kaos Pre Order, Cooming Soon, Januari 2016
- 7 Menit Bakar Lemak
- CATATAN SEORANG DEMONSTRAN
- PROGRAM HAMIL MAKSIMAL
- Software: PETA INDONESIA
- Film SELMA
- Inilah 10 Tempat Wisata di Medan Paling Menarik
- SURAT UNTUK F
- Lowongan Kerja Medan Terbaru Desember 2015 di PT. ...
- Ebook China Undercover Rahasia dibalik kemajuan china
- Buku Trilogi LEKRA TIDAK MEMBAKAR BUKU
- Lowongan kerja di Restoran Aljazeerah Medan Des 2015
- Lowongan Bank BTPN Syariah
- 6 MANFAAT RENANG
- kumpulan puisi "Alpha dan Omega"
- Gerakan Pasal 33 UUD 1945
- Perang Kebudayaan
- ebook - BARJO SANG KETUA KELAS
- Surat untuk Idaman
-
▼
Desember
(30)
Entri Populer
-
Anda pastinya pernah melihat lukisan sketsa wajah bukan? atau lukisan foto dengan menggunakan pensil, atau karikatur..? di Medan, kami ju...
-
oleh: Randy Syahrizal Tulisan singkat ini mungkin akan menimbulkan pertanyaan yang banyak di hati para pembaca, mungk...
-
Oleh Melda Anastasia Pesona tempat wisata di Medan terletak pada sejumlah landmark yang sarat akan nilai sejarah. Medan adalah ibu...
-
Jalan Kesawan pada masa pendudukan Belanda Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahny...
-
Aku menikah dengan Rosmina, istriku yang sekarang pada tanggal 17 Februari 1966, ketika itu usiaku 25 tahun, sedang usia istriku 18 tahun...
-
Dia seniman yang “tak ingin” kaya, anak seorang jenderal TNI-AD, tapi justru anti-militerisme. Pelukis SEMSAR SIAHAANKakinya dipatahkan ...
-
Kunjungi Lapak RnF dan KaosRakjat di IG: RnF_shop_kaosrakjat Ada banyak penawaran terbaik dan termurah seputar fashion pria dan wanita.. ...
-
Mukadimah Aku bukan anak dari keluarga berada. Maksudku, kedua orangtuaku tidak tergolong keluarga kaya. Ayahku, alm. sidi Tamiruddin...
-
Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kawan-kawan sekalian yang sudi membaca sebuah karya sederhana ...
-
A chronicle of Dr. Martin Luther King, Jr.’s campaign to secure equal voting rights via an epic march from Selma to Montgomery, Alabama i...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar